Smart Listeners pernah ga kegilaan sama yang namanya pakaian? Sampai ada nih istilah “overconsumption clothes” atau sering disebut  konsumsi berlebihan dalam hal  pakaian. Apa sih sebenarnya overconsumption clothes? Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Dan bagaimana cara menghentikan fenomena tersebut? Yuk Smart Listeners, kita bahas secara lebih mendalam.

Overconsumption clothes merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kecenderungan konsumsi berlebihan dalam hal pakaian. Fenomena ini muncul ketika seseorang terus-menerus membeli pakaian baru tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. Dalam beberapa kasus, pakaian yang baru dibeli hanya digunakan sekali atau dua kali saja, bahkan tidak pernah digunakan sama sekali.

Lalu, mengapa fenomena ini bisa terjadi? Salah satu faktor utamanya yaitu perkembangan industri fashion yang pesat. Pakaian baru dengan model terkini terus bermunculan di pasaran dengan harga yang terjangkau. Hal ini pastinya membuat konsumen tergoda untuk selalu membeli pakaian baru tanpa memikirkan apakah mereka benar-benar membutuhkannya.

Selain itu, media sosial juga turut berperan dalam meningkatkan fenomena ini. Banyak dari kita sering melihat postingan influencer atau selebriti yang mengenakan pakaian baru setiap hari. Hal ini menumbuhkan rasa ‘perlu’ untuk selalu tampil fashionable dan memiliki pakaian yang terbaru.

Namun, akibat dari fenomena ini lingkungan menanggung dampak negatifnya. Industri fashion merupakan salah satu industri terbesar yang menimbulkan polusi air, pencemaran udara, dan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan. Pakaian yang dibuang secara sembarangan juga menjadi masalah dalam pengolahan sampah.


Gimana tuh cara manusia sebagai konsumen, dapat menghentikan fenomena overconsumption clothes? Cara pertama yaitu manusia perlu mengubah mindset-nya terkait pakaian. Daripada selalu membeli pakaian baru, kita bisa memilih untuk menggunakan pakaian lama, membeli pakaian bekas atau mendaur ulang pakaian yang dimiliki. Selain lebih ramah lingkungan, tentunya ini juga dapat menghemat pengeluaran.

Selanjutnya, perlu adanya pembatasan pembelian pakaian baru hanya pada saat benar-benar membutuhkannya. Sebelum membeli pakaian baru, konsumen perlu mempertimbangkan apakah pakaian tersebut benar-benar diperlukan dan apakah akan digunakan dalam jangka waktu yang lama. 
Selain itu, kita juga dapat mencoba meminimalisasi pengaruh media sosial terhadap keinginan untuk selalu memiliki pakaian baru. Ingatlah bahwa tidak semua yang terlihat di media sosial harus diikuti. Fokuslah pada kebutuhan sebenarnya dan bukan pada keinginan yang tidak perlu.

Terakhir, mari kita berbagi pengetahuan dan kesadaran tentang overconsumption clothes kepada orang lain. Dengan saling mengedukasi dan membahas masalah ini, kita dapat menciptakan perubahan yang positif untuk sekitar.

Dengan menghentikan overconsumption clothes, manusia dapat mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat, loh. Smart Listeners dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi polusi dan mengembangkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Ayo kita bersama-sama mengurangi fenomena overconsumption clothes dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan!

Penulis: Jenny Shintya BR Hutagaol

Editor Aulia Fajrina Firdausia