Smart Listeners, pesona laut Indonesia yang cantik dan kaya, saat ini berada di ambang cemas. Premis ini bukan hanya candaan semata. Fenomena pemutihan karang atau dikenal juga dengan istilah coral bleaching hampir terjadi di seluruh dunia. Pada awal 2025, tingkat pemutihan karang di temukan di lebih dari 80 negara. Salah satunya pada pesona alam bawah laut Indonesia, Raja Ampat. Pusat Maritim dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat menyebut peristiwa ini dipicu oleh suhu air laut yang kian panas.

Apa itu Pemutihan Karang?
Ocean Services menyebutkan bahwa pemutihan karang adalah perubahan warna karang menjadi putih seutuhnya akibat tidak ada lagi alga (Zooxanthellae) yang hidup dalam jaringan karang. Alga Zooxanthellae hidup dalam karang dengan ikatan mutualisme-saling menguntungkan. Alga ini merupakan sumber makanan utama karang dan memberi warna pada karang. Saat Karang mengalami stress karena iklim laut menjadi semakin panas, karang akan mengeluarkan alga. Akibatnya, karang akan memudar kian memutih. Karang yang memutih itu bisa saja tampak elok jika ditangkap melalui lensa kamera. Namun, para ilmuwan telah menjelaskan bahwa karang berada pada kondisi sakit dan membusuk.

Bagaimana Dampaknya?
Secara ekologi, pemutihan karang menyebabkan berbagai masalah serius. Keanekaragaman hayati pada ekosistem laut jelas menjadi dampak yang paling terasa. Karang merupakan tempat organisme laut untuk bertelur, mencari makan dan melindungi diri. Jika volume karang terus berkurang, populasi spesies laut akan terganggu. Secara sosial, fenomena ini mengancam pendapatan ekonomi pada daerah pesisir. Potensi wisata akan berkurang dan hasil tangkapan ikan akan menurun.

Sumber: oceanographicmagazine.com 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Fenomena ini perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat. Berbagai langkah pencegahan dan penanggulangan perlu diupayakan. Sebagai Masyarakat hal yang dapat kita lakukan adalah : 

  1. Memperhatikan Jejak Karbon

Jejak karbon akibat aktivitas manusia menyebabkan pemanasan global yang memicu peningkatan suhu laut. Upaya pengurangan karbon menjadi penting untuk dilakukan agar suhu bumi tidak semakin panas. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam misi mengurangi jejak karbon adalah jalan kaki, bersepeda, atau gunakan transportasi umum. Cara ini dilakukan untuk menekan emisi karbon akibat aktivitas mobilisasi. Selain itu, bijak menggunakan listrik juga mampu mengurangi jumlah emisi.

  1. Menjaga Kesehatan Laut dan Pesisir

Sebagai masyarakat, kepedulian akan kesehatan laut dan pesisir perlu dipupuk. Polusi seperti plastik, bahan kimia, hingga limbah domestik yang terbawa hingga laut memicu ledakan alga. Hal itu menyebabkan suplai oksigen pada laut berkurang. Akibatnya ekosistem laut terganggu dan suhu air laut meningkat. Untuk itu, pengembangan produk yang ramah lingkungan akan membantu pemulihan lingkungan laut menjadi lebih sehat.

3. Menjadi Wisatawan Bertanggung Jawab

Sumber: pixabay.com/franziska_stier

Saat menikmati keindahan bawah laut, perlu kesadaran untuk tetap menjadi biota laut. Hindari seluruh bentuk kontak fisik pada saat snorkeling. Menyentuh, menginjak, atau berenang terlalu dekat dengan karang dapat merusak struktur karang yang rapuh. Selain itu, penggunaan tabir surya juga perlu diperhatikan. Kandungan bahan kimia oxybenzone dan octinoxate dapat merusak karang. Pilih tabir surya dengan label “reef-safe” agar lebih aman.

Fenomena pemutihan karang adalah permasalahan kolektif. Penyebab utamanya adalah pemanasan global, polusi laut, dan kerusakan ekosistem. Hal itu tidak lepas dari aktivitas manusia secara luas, termasuk emisi karbon, limbah plastik, dan praktik pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan langkah kolaboratif untuk menyikapi ancaman ini. Jangan sampai, kekayaan alam bawah laut Indonesia hanya menyisakan gambar tak bermakna.

Penulis : Agus Ninja Nurul Chikam

Editor : Alya Salsabila Putri Ariesa