The Panturas berdiri pada tahun 2015 tepatnya di Jatinangor dengan formasi awal Kuya sebagai drummer, Rijal sebagai bassist, Kodok sebagai gitaris, dan Gogon sebagai pemain pengganti dari Kodok. Di formasi tadi, tidak ada vokalis maka dari itu Gogon mengajak Acin untuk bergabung ke The Panturas sebagai vokalis. Seiring berjalannya waktu anggota The Panturas lain sadar akan kehebatan bergitar Acin, setelah itu Acin diangkat menjadi vokalis dan gitar. Dikarenakan Kodok sang gitaris memiliki kesibukan lain diluar band, kodok harus keluar dari band dan gogon naik tingkat menjadi gitaris inti band The Panturas.
Di Awal meniti karir, The Panturas selalu membawakan lagu dari The Ventures. Karena para personil ingin membawakan surf rock dan kebetulan mereka semua suka The Ventures jadi dibawakan lah lagunya setiap mereka manggung di awal mereka meniti karir. Nama The Panturas juga terbentuk dari The Ventures, “Dulu diawal kan kita sering bawain lagunya The Ventures dan anak-anak suka juga dengan The Ventures, terus kita mikir apa ya nama band kita. Tiba-tiba ada yang nyeletuk The Panturas aja plesetan dari The Ventures. Terus dipake lah sampai sekarang” ucap Kuya di podcast Maple Media. Lalu akhirnya fans menyambungkan dengan daerah pantura yang notabene nya memang banyak sekali pantai disana, tapi dari ucapan Gogon ternyata diawal tidak mengarah kesana.
Dengan branding pantai dan lautan mereka sudah terbentuk dengan baik, mereka membuat negara fiksi bernama “Los Panturas”. Dengan adanya Los Panturas Bandung ditunjuk sebagai Ibu kota “Los Panturas” dan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa “Los Panturas”. Tidak hanya itu mereka juga memberi nama Abdullah sebagai admin mereka. Hal itu memberikan kesan semakin unik dan semakin keren band ini berkarya. Karya mereka juga tidak hanya musik, The Panturas juga memproduksi Music Video yang dibintangi oleh bintang film ternama serta merak juga membuat film pendek dari beberapa lagu mereka. Kalian semua bisa tonton di kanal Youtube mereka di The Panturas dan kalian juga bisa tonton vlog mereka disana
Naiknya band The Panturas ke permukaan industri musik terbilang cukup cepat namun tentunya tidak mudah. Rilisan mereka yang pertama berjudul “Pelayan Nelayan”. Dengan single itu para penikmat musik mulai kepo dan tertarik untuk mengetahui The Panturas lebih lanjut. Setelah itu mereka membuat mini album berjudul “Mabuk Laut” dengan 7 lagu dengan “Sunshine” sebagai top track mereka sampai sekarang. Dengan populernya lagu “Sunshine” The Panturas berhasil melejit keatas dan melakukan konser album di Jakarta dan Bandung yang sangat gokil. Tahun berikutnya mereka berkolaborasi dengan Feast untuk membuat lagu berjudul “Gelora” yang memiliki tujuan memberi semangat kepada atlet Indonesia yang akan bertanding di Sea Games serta mengajak masyarakat Indonesia membantu Tanah Air menjadi lebih baik dengan hal-hal kecil seperti buang sampah pada tempatnya dan lain-lain.
Tidak berhenti disitu saja, di tahun 2021 menerbitkan album baru lagi berjudul “Ombak Banyu Asmara”. Album ini memiliki 10 lagu dengan “Tafsir Mistik” sebagai top track mereka di album “Ombak Banyu Asmara”. Setelah itu mereka langsung melakukan pelayaran konser di tiga kota, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Pelayaran mereka di tiga kota tersebut sangat sukses. Pasalnya mereka berhasil melakukan konser tersebut secara mandiri tanpa satupun sponsor dan kurang lebih 3.000 tiket terjual habis. Oleh karena itu mereka melanjutkan pelayaran konser “Ombak Banyu Asmara” di 7 kota, Surakarta, Tasikmalaya, Serang, Tangerang, Palu, Padang, dan Jambi.
Saat ini lagu mereka sangat digandrungi oleh penikmat musik tanah air maupun mancanegara. Hal itu dibuktikan dengan 635 ribu orang lebih mendengarkan The Panturas di Spotify dan mereka berkolaborasi dengan FUR band indie rock yang berasal dari Inggris. Selain itu lagu mereka yang berjudul “Tafsir Mistik” masuk nominasi AMI Awards kategori Duo/Grup/Grup Vokal/Kolaborasi Alternatif Terbaik. Namun sayangnya mereka belum dapat membawa pulang piala AMI awards ke studio mereka. Perjuangan mereka yang panjang dan berliku-liku berhasil, dari gigs-gigs kecil dan sekarang menjadi langganan festival musik di Indonesia.
Penulis: Muhammad Irfan Murtadho
Editor: Aulia Fajrina Firdausia
2 Comments