Ketika kita bangun di pagi hari, of course kita pasti akan keluar dari kamar untuk menghirup udara segar ga sih? Karena dengan menghirup udara segar di pagi hari membuat pikiran menjadi lebih baik dan mendukung kualitas hidup. Actually kualitas hidup bisa didapatkan dari banyak hal, salah satunya termasuk dari lingkungan yang nyaman dan bebas polusi. Namun sayangnya, hal tersebut sulit untuk didapatkan, dikarenakan kini polusi sudah menjamur dimana saja termasuk yang sangat terkenal adalah Ibukota Jakarta.
Beberapa hari belakangan ini, Indeks kualitas udara di Jakarta pada Selasa (30/5) dikategorikan ke dalam udara yang tidak sehat. Bahkan, diketahui juga jika pada Jumat (2/06) arus lalu lintas tidak sepadat biasanya dikarenakan cuti bersama. Meski lalu lalang kendaraan relatif lebih lancar, ternyata tingkat polusi udara di Jakarta tertinggi di dunia pada siang itu. Data tersebut mengacu iQair, sebuah perusahaan teknologi kualitas udara yang mengkhususkan diri dalam perlindungan terhadap polutan di udara. Mengutip website iQair, hingga pukul 14.30 WIB kemarin, indeks kualitas udara Jakarta berada di posisi pertama dengan tingkat polusi udara mencapai 158 AQ US, dengan konsentrasi polutan utama PM2.5. Artinya, tidak sehat jika dihirup terus menerus.
Tentunya dengan tingginya kualitas udara yang tidak sehat berdampak kepada kesehatan. WHO mencatat, dengan tingginya polusi udara membunuh sekitar tujuh juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Adapun penyakit yang dipicu oleh udara yang tidak sehat adalah sebagai berikut:
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
ISPA merupakan infeksi yang menyebabkan peradangan di saluran pernapasan. Penyakit ini umumnya menimbulkan gejala seperti batuk, pilek, dan demam. WHO mencatat, ISPA menjadi penyebab utama angka kematian akibat penyakit menular di dunia. Sebanyak hampir 4 juta orang meninggal dunia akibat ISPA pada setiap tahunnya. Udara yang buruk menjadi salah satu penyebabnya.
- Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Pneumonia bisa terjadi dalam skala ringan hingga mengancam nyawa. Pneumonia menyumbang 15 persen dari angka kematian anak di bawah 5 tahun di dunia. Sementara sebanyak 45 persen kematian anak akibat pneumonia disebabkan oleh polusi udara dari rumah tangga.
- Bronchopneumonia
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan infeksi dan peradangan pada saluran udara (bronkus) dan kantung udara (alveolus). Kondisi ini menyebabkan penyempitan saluran udara yang membuat area pertukaran udara dengan darah berkurang.
Bronchopneumonia bisa memicu beberapa gejala seperti demam, batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada, sakit kepala, nyeri otot, hingga kelelahan. Paparan polusi udara seperti asap dapat menyebabkan peradangan paru-paru.
- Kanker
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) yang berada di bawah WHO telah mengklasifikasikan polusi udara luar ruang sebagai agen penyebab kanker. Partikel-partikel kecil dalam polusi udara diketahui bersifat karsinogen atau memicu perkembangan sel kanker.IARC menyimpulkan bahwa polusi udara luar ruang dapat memicu risiko kanker paru-paru dan peningkatan risiko kanker kandung kemih.Sama seperti penyakit kardiovaskular, kanker menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, berada di posisi kedua. Diperkirakan, kanker telah membunuh sekitar 9,6 juta jiwa setiap tahunnya. Kanker paru-paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum disebabkan oleh polusi udara.
Nah, sekarang kamu sudah tau kan apa penyakit yang akan muncul jika terus menerus menghirup udara yang tidak sehat? Berbagai upaya sudah dilakukan tetapi jika kita sebagai masyarakat bersikap acuh dengan lingkungan tanpa memikirkan dampak kedepan, otomatis mendapatkan udara yang kita dambakan mustahil akan terwujud. Mulailah dari diri sendiri.
Penulis: Moya Sinamo
Editor: Meirinda Dyah Anugrah