Smart Listeners tentu sudah tidak asing dengan salah satu makanan ini, terbuat oleh daging yang biasanya diolah dari daging ayam atau sapi yang sudah digiling dan dibuat bulat-bulat lalu direbus bersama dengan kaldu. Yup, namanya adalah bakso. Pernah terpikirkan engga sih saat Smart Listners sedang asyik makan semangkuk bakso, sebenernya makanan ini tuh aslinya darimana sih? Siapa orang yang terpikirkan mengolah daging terus digiling jadi bakso?
Bakso, makanan yang sangat populer di Indonesia, ternyata memiliki sejarah yang panjang dan menarik lhoo. Asal-usul bakso dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Ming di Tiongkok (sekarang). Legenda mengatakan bahwa seorang pemuda bernama Meng Bo menciptakan bola daging lembut untuk ibunya yang sudah tua dan sulit mengunyah daging keras. Resep ini kemudian dibawa oleh imigran Tionghoa ke Nusantara pada abad ke-17. Di Indonesia, bakso bertransformasi menggunakan berbagai jenis daging seperti sapi, ayam, dan ikan, serta berbagai campuran lainnya yang disesuaikan dengan selera lokal.
Bakso mulai menjadi makanan jalanan yang sangat populer dan ditemukan di berbagai tempat dari pedagang kaki lima hingga restoran mewah. Setiap daerah di Indonesia mengembangkan variasi bakso yang unik. Misalnya, Malang terkenal dengan Bakso Malang yang disajikan dengan pangsit goreng dan tahu. Solo memiliki Bakso Solo yang sering disajikan dengan mie kuning dan mie bihun, sedangkan Jakarta memiliki Bakso Betawi dengan tambahan bakso urat dan bakso telur. Akulturasi budaya dan adaptasi lokal membuat bakso menjadi hidangan yang kaya rasa dan bervariasi. Kini, bakso tidak hanya populer di Indonesia tetapi juga dikenal di berbagai negara di dunia sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia.
Udah yaa ngomongin sejarahnya, sekarang saatnya rekomendasi untuk Smart Listeners tiga bakso terenak di Jogja. Siap-siap catat dan masuk ke daftar list kuliner nih, Smart Listeners!!
1. Bakso Klenger Ratu Sari Nologaten
Bakso Jumbo beraneka ragam olahan dan masih membawa autentik hidangan kuliner Indonesia, dimana lagi kalau bukan di Bakso Klenger Ratu Sari. Berlokasi di Gang Utari No.296, Nologaten, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bakso di sini terkenal dengan ukurannya yang besar, bahkan hingga bakso terberat dapat mencapai 2kg dengan harga yang ditawarkan mungkin bisa dibilang cukup pricey tapi sebanding dengan kualitas dan rasa yang dihidangkan. Kalau Smart Listeners ada waktu main ke Jogja jangan lewatin kuliner bakso di sini ya!
2. Bakso Mangkok Beranak Jogja
Ini mangkoknya beranak atau baksonya yang melahirkan anak ya? Eits tunggu dulu, yang dimaksud bakso Mangkok Beranak yaitu bakso Jumbo yang ada isiannya, biasanya ada bakso kecil atau bisa request isiannya mau di isi daging cincang, cabe-cabean (bukan yang itu ya), atau di isi telur puyuh, bakso beranak ini menjadi hal unik tersendiri buat Smart Listeners yang merasa makan satu bakso kurang tapi kalo makan dua puluh bakso kebanyakan, nah solusinya makan bakso beranak aja beli satu bakso beranak dapetnya dua biji. Bakso ini berlokasi di Jl. Letjen S.Parman No.61, Patangpuluhan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Bakso Daging Sapi Pak Kintel
Kalau tadi yang pertama ada keunikan yaitu bakso Jumbo, dan yang kedua baksonya beranak, nah kali ini adalah bakso paling normal yang ada dalam rekomendasi. Ukurannya tidak jumbo dan tidak beranak, namun yang membedakan dari bakso lainnya yaitu bakso ini terbuat dari daging sapi yang melipah, jadi kalo dimakan itu bisa “krenyes krenyes“. Untuk harga yang ditawarkan pun bisa dibilang worth-it sesuai dengan kualitas yang dihidangkan. Bakso ini cocok buat Smart Listeners yang tipenya ngga mau makan bakso yang neko-neko boleh coba mampir ke sini, lokasinya ada di Jl. Raya Janti No.29, Gowok, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Nah, sekarang udah tahu kan kilas balik sejarah tentang bakso dan rekomendasi Bakso di Jogja, ngomong-ngomong soal bakso, coba sebutin deh rekomendasi Bakso favorit Smart Listeners dimana nih? Jawab di kolom komentar ya ^^
Penulis: Muhammad Raihan Hafidh
Editor: Dewi Kusuma Wardhani