Manusia dikenal sebagai makhluk sosial, dimana kita tidak bisa hidup tanpa bantuan atau peran orang lain. Seperti misalnya, jika kita membutuhkan makanan, kita perlu membeli bahan baku entah itu di pasar, swalayan atau yang lainnya. Kita membutuhkan peran penyedia bahan baku untuk kita beli. Kita perlu menghubungi tukang bengkel apabila motor atau mobil kita bermasalah. Jika ingin membaca berita, kita butuh seorang reporter untuk membuat naskah berita yang ditayangkan, dan masih banyak hal lainnya.
Manusia akan merasa bahagia ketika mereka mendapatkan bantuan dari siapapun, karena jika mereka sangat membutuhkan atau kesusahan dan terdapat salah seorang yang menolong pasti dirinya akan merasa bahagia dan bersyukur. Namun apakah kebahagiaan orang lain adalah tanggung jawab kita juga?
Kebahagiaan seseorang itu beda-beda, jangan pernah disamaratakan. Juga, kebahagiaan merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing dan bukan tanggung jawab kita sebagai orang lain. Kita boleh ‘kok berkata “iya” kepada seseorang atas apa yang ia katakan atau permintaannya. Namun apakah kita harus mengiyakan semua omongan orang yang ditujukan kepada diri kita?
Jawabannya adalah tidak. Menyenangkan orang lain tidaklah salah ‘kok, namun kita juga harus melihat terlebih dahulu batasan yang akan kita bangun itu akan sejauh mana. Karena hati atau pikiran seseorang tidak bisa kita kendalikan. Oleh karena itu, alangkah lebih baik diri kita menerapkan sebuah batas dimana kita mengiyakan dan mengusahakan sesuatu.
Apabila seseorang itu sudah terlalu keterlaluan, tandanya ada dua kemungkinan, yang pertama, kita dianggap lemah oleh orang lain, maka orang itu akan terus-terusan mengincar kita sampai dirinya puas. Kedua, dirinya memang tidak sadar atas apa yang dia lakukan dan dia mengira itu hal yang wajar.
Pernah mendengar istilah people pleaser? Istilah yang ditujukan kepada seseorang yang dirinya tidak bisa berkata tidak atas permintaan orang lain. Menjadi people pleaser itu capek sekali. Setiap keputusan biasanya dibuat berdasarkan bagaimana orang lain akan bereaksi atau justru apa yang diharapkan orang lain terhadap diri kita sendiri. Namun, sifat ini bukanlah kebiasaan yang baik dan mungkin membawa dampak buruk dalam kehidupan sosial kita.
Juga, kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan mental kita. Jangan mau terus-terusan menjadi seorang people pleaser, karena bukan tidak mungkin kedepannya orang di sekitar malah jadi terbiasa merendahkan diri kita. Kita pun berhak bahagia atas kehidupan yang kita pilih. Jangan terpaku dengan omongan, kritik, dan permohonan orang lain. Diri kita ya punya kita, yang tahu diri kita adalah kita sendiri.
Tunjukkan warna asli dirimu, tidak perlu menjadi orang lain bahkan tidak perlu menyenangkan orang lain lewat apa yang kamu perbuat dan apa yang kamu ciptakan. Kamu berhak untuk bahagia, kamu boleh banget untuk mengatakan tidak, hanya perlu keberanian dan tekad yang kuat!
Just be yourself, you beautiful. (Hayyu Shafa Nur Utami)