Musim Kemarau Tapi Kok Kedinginan?
Smart Listeners, akhir-akhir ini tuh sering banget kedinginan nggak sih? Kalau mau tidur aja pakaiannya harus berlapis-lapis dan harus extra double kaos kaki dan selimut. Bahkan pagi-pagi aja waktu mau bangun jadi berasa ditempel banget sama selimut saking dinginnya. Terus juga kadang-kadang kalau siang itu selalu hujan. Padahal kan seharusnya sudah waktunya untuk memasuki musim kemarau yang mana harusnya itu cuacanya panas dan tidak ada hujan. Nah, musim kemarau ini melalui pemantauan BMKG seharusnya terjadi pada bulan Juli – Agustus 2024. Dalam kondisi ini, angin muson timur membawa hawa panas yang berasal dari gurun Australia. Kemudian, angin tersebut bergerak melewati Indonesia sehingga wilayah Nusantara mengalami musim kemarau. Pada musim kemarau, curah hujan perbulan di bawah 60 mm perbulan (atau 20mm perdasarian) selama 3 dasarian berturut-turut. Musim kemarau terjadi karena adanya gerakan angin muson timur yang melewati Indonesia. Meskipun musim kemarau sedang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, tetapi tidak selalu menunjukkan kondisi iklim yang kering dan panas, karena keragaman iklim di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi musim. Namun, mengapa walaupun sudah memasuki musim kemarau tetap berhawa dingin?. Simak beberapa alasan berikut ini.
Bukan Karena Fenomena Aphelion
Dilansir dari kompas.com, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ida pramuwardhani membantah kabar bahwa suhu dingin di Indonesia belakangan akibat dari fenomena aphelion. Menurutnya, aphelion adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Meskipun posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari Bumi ketika terjadi fenomena aphelion, hal itu tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan Bumi. Suhu udara dingin di Indonesia sebenarnya merupakan fenomena alami yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli hingga September.
Monsun Dingin Australia
Saat ini, Pulau Jawa hingga NTT sedang mengalami musim kemarau yang ditandai oleh angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada bulan Juli, Australia sedang memasuki musim dingin. Tekanan udara yang tinggi di Australia mendorong pergerakan massa udara ke Indonesia, yang dikenal sebagai Monsun Dingin Australia. Angin monsun ini kemudian berhembus ke wilayah Indonesia melalui perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut yang lebih rendah, menyebabkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan khatulistiwa nih, Smart Listeners!
Hujan di Musim Kemarau Adalah Hal Normal
Meski sedang dalam musim kemarau, bukan berarti tidak turun hujan sama sekali. Hanya saja, intensitas curah hujan turun dibawah 50 mm/dasarian. Hujan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai dinamika atmosfer di tingkat regional hingga global, seperti aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial. Fenomena ini terpantau cukup signifikan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua. Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di sekitar Indonesia juga berperan penting dalam menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan awan hujan yang signifikan di wilayah ini.
Wah, insightful banget ya artikel kali ini smart listeners. Jadi udah ngga kebingungan lagi kan tentang cuaca yang selalu berubah-ubah, bukan kayak mood doi!
Penulis : Dewi Kusuma W.
Editor : Amandita