Kappa adalah sebuah novel pendek yang sarat akan makna dan sindiran pedas pada peradaban dan tingkah laku manusia yang ditulis dengan sangat halus dan jenaka oleh jari jemari sastrawan Jepang terkenal Ryunosuke Akutagawa. Smart Listeners tahu nggak sih kalau novel Kappa pertama kali terbit pada tahun 1927? Meski begitu, novel ini mampu menggambarkan bagaimana rapuhnya tingkah laku dan moralitas manusia di masa peradaban modern. Novel Kappa sejatinya merupakan sindiran yang sangat pedas atas kapitalisasi yang digambarkan di negeri kappa serta keterbalikan kisah hidup yang tak wajar pada masyarakat masa itu. Ryunosuke sangat hebat dalam menggambarkan isu kesehatan mental yang mulai marak bermunculan pada masyarakat modern, isu mental ini kerap menjadi momok tersendiri di negeri Sakura.
Kappa merupakan sosok mitologi Jepang yang digambarkan seperti anak manusia usia 10 tahun, namun ada juga yang lebih pendek. Kappa tinggal di sebuah wilayah yang disebut Kappa Land. Dalam bukunya, Kappa diceritakan memiliki peradaban sendiri yang disinyalir merupakan sindiran pada masyarakat Jepang kontemporer. Kisah ini dimulai oleh seorang pasien rumah sakit jiwa nomor 23 yang merasa terdampar di negeri Kappa, ia terjatuh ke dalam lubang yang mengantarkannya ke dunia Kappa. Dalam dunia Kappa, mereka —masyarakat Kappa—memiliki kehidupan yang tak jauh dengan kehidupan manusia. Mereka memiliki pemerintahan, memiliki pekerjaan seperti pabrik, bahkan seniman.
Banyak hal yang dapat ditemukan dalam novel Kappa ini, yang paling menampar saya adalah bagian di mana seorang istri Kappa sedang melahirkan, lalu sang ayah menanyakan pada sang bayi Kappa, “Pikirkan baik-baik apakah kamu akan dilahirkan di dunia atau tidak? Dan kembalilah pada kami.” Sayangnya, sang bayi menjawab, “saya tidak ingin dilahirkan. Penyakit mental yang diwariskan ayah saya sudah cukup parah—dan selain itu, saya percaya bahwa hidup sebagai seorang Kappa adalah kehidupan yang menyedihkan.” Percakapan tersebut cukup menampar saya, bagaimana realitas masyarakat modern dengan isu kesehatan mental orang tua yang turut mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Bak sebuah ramalan, hal-hal tersebut juga terjadi di peradaban saat ini. Bertahan pada kondisi kesehatan mental yang buruk atau kondisi lingkungan yang tak mendukung adalah kehidupan yang sangat menyedihkan dan sangat menyiksa sehingga bayi Kappa tersebut enggan dilahirkan.
Saya melihat bahwa Ryunosuke juga menambahkan bumbu kebudayaan masyarakat yang turut mengatur tingkah laku. Keterbalikan kisah cinta Kappa dan manusia pada masa itu dimunculkan sebagai cerminan dua budaya dengan tingkah laku berbeda. Ryunosuke menggambarkan kisah cinta Kappa berbeda dengan manusia. Di negeri Kappa, Kappa betina lah yang mengejar Kappa jantan untuk menikahinya dan bahkan mereka didorong oleh keinginan keluarga untuk segera mengejar Kappa jantan. Hal ini sungguh berbeda dengan kebiasan masyarakat pada masa itu yang kebanyakan didominasi pihak laki-laki atau bahkan dijodohkan. Namun, kisah cinta Kappa menggambarkan keberanian dan kebebasan pada wanita di masa sekarang, dan bukanlah hal tabu apabila seorang wanita memperjuangkan kisah cintanya.
Disisi lain, Ryunosuke juga menampilkan sisi kapitalis dari Negeri Kappa, di mana industri besar meraup banyak keuntungan namun kesejahteraan pekerja tidak sebanding. Negeri Kappa menunjukan bagaimana peralihan alat-alat modern yang mengurus pekerja dan justru meningkatkan pengangguran. Di bagian ini Ryunosuke menggambarkan bagaimana mirisnya persaingan kerja di tengah industri modern.
Novel Kappa cocok banget nih buat Smart Listeners yang suka baca novel atau cerpen sekali duduk. Walau dibilang singkat, tapi novel ini memiliki banyak makna yang berarti loh! Di samping banyak bagian yang jenaka, tapi sebenarnya novel ini cukup miris mengingat hal-hal itu bisa kita temui di kehidupan sehari-hari. Karena itu, novel ini sangat recommended untuk Smart Listeners yang suka karya yang tidak biasa!
Penulis : Aulia Fajrina Firdausia
Editor: As Syifa Dzihni Nafisa