Suasana Titik Nol Kilometer Yogyakarta berubah menjadi lautan warna dan semangat kebangsaan pada Minggu (1/6) dalam rangka merayakan hari lahir Pancasila. Ribuan warga memadati kawasan bersejarah itu untuk menyaksikan parade yang bertajuk “Parade Seni dan Budaya Nusantara”. Parade tahunan ini telah memasuki pelaksanaan yang keempat kalinya sejak pertama kali digelar dan terus menjadi wadah ekspresi kebhinekaan Indonesia melalui seni dan budaya.
Parade dimulai pukul 17.30 dan menempuh rute sepanjang Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer, mengubah kawasan ikonik tersebut menjadi panggung keberagaman budaya Indonesia. Acara dibuka dengan lantunan lagu “Bendera” milik band Cokelat sebagai simbol semangat nasionalisme.

Wali Kota Yogyakarta bersama perwakilan kontingen daerah (Sumber: Portal Berita Pemerintahan Kota Yogyakarta)
Pembukaan parade ini menjadi simbol awal dari rangkaian kegiatan yang tidak hanya bersifat seremonial, melainkan juga sarat akan pesan ideologis. Tahun ini, peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi bagian dari gerakan meneguhkan kembali nilai-nilai dasar bangsa dalam menyongsong Indonesia Emas 2045—sebuah visi Indonesia maju dan sejahtera yang ditopang oleh semangat persatuan dalam keberagaman.
Parade seni kali ini melibatkan pelaku seni budaya nusantara dari Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah (IKPMD) yang mewakili 38 provinsi di Indonesia. Masing-masing daerah menampilkan pertunjukan khas yang menggambarkan kekayaan seni dan budaya serta identitas etnis mereka.
Sebanyak 12 kesenian daerah dan etnis turut ditampilkan, antara lain:
- Bali dengan tarian Sang Sampat

Penampilan Kontingen dari Bali (Sumber: Portal Berita Pemerintahan Kota Yogyakarta)
- DIY dengan tarian Gedruk
- Jawa Barat dengan tarian Bajidor Kahot
- Papua dengan tarian Josim Pancar
- NTT dengan tarian Hedung Huriq
- Maluku dengan tarian Myama Tawahuk
- Kalimantan Selatan dengan tarian Japin Si Tampur Umbak
- Sumatra Utara dengan tarian Tor Tor
- Aceh dengan tarian Ratoeh Jaroe

Penampilan Kontingen dari Aceh (Sumber: Portal Berita Pemerintahan Kota Yogyakarta)
- Sulawesi Utara dengan tarian Kabasaran
- Sulawesi Selatan dengan tarian Wassele’ Tana
- Etnis Tionghoa dengan atraksi Barongsai dan Naga
Penampilan demi penampilan berlangsung atraktif dan memukau ribuan penonton. Irama musik tradisional, kostum warna-warni, dan energi para peserta menjadi pengingat bahwa seni adalah bahasa pemersatu bangsa.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Yogyakarta turut membagikan sebanyak 2.025 bendera Merah Putih kepada masyarakat. Pembagian bendera ini dimaksudkan sebagai simbol cinta tanah air sekaligus peneguhan semangat persatuan. Secara simbolis, 12 bendera Merah Putih juga diserahkan langsung kepada perwakilan kontingen yang hadir.
Kemeriahan parade tahun ini bukan hanya menjadi tontonan budaya, tetapi juga menjadi momentum untuk menegaskan kembali bahwa keberagaman adalah kekuatan. Parade ini juga tidak hanya menjadi bagian dari perayaan Hari Lahir Pancasila, tetapi juga menjadi contoh konkret bagaimana nilai-nilai luhur Pancasila bisa dihidupkan melalui pendekatan kebudayaan. Di tengah warna-warni perbedaan, masyarakat diajak kembali menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dalam perbedaan dan siap menyongsong masa depan bersama.
Penulis: Kemilau Luna Wibowo
Editor: Alya Salsabila Putri Ariesa
1 Comment