Sampah menjadi permasalahan pelik yang harus dihadapi pemerintah di seluruh dunia. Mengatasi momok dari sampah sekali pakai, seperti plastik menjadi kesulitan tersendiri. Namun tidak bagi masyarakat Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DIY yang melihat sampah layaknya peluang.
Pengelolaan yang baik dapat membuat sampah memiliki nilai ekonomi. Seperti yang dilakukan oleh BUMDes Mukti Lestari. Melalui program pilah sampah atau biasa disebut dengan Konco Pilah. BUMDes Mukti Lestari punya misi untuk melindungi lingkungan alam dan pemukiman Desa Poncosari dari pencemaran.
Melalui BUMDes ini, masyarakat sekitar mendapatkan sosialisasi bahwa sampah merupakan sebuah peluang untuk menambah penghasilan. Sebagian dari masyarakat Desa Poncosari mendaur ulang sampah plastik untuk dijadikan kerajinan tangan seperti kembang, bros dan tas kemudian dipasarkan.
Namun demikian, masih banyak warga yang abai dalam mengendalikan dampak dari sampah. Sampah sendiri dapat menyebabkan tiga macam pencemaran, yakni : Pencemaran tanah, air dan udara.
Kehadiran BUMDes Mukti Lestari diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah. Pengelolaan sampah yang dilakukan di sini yaitu didaur ulang atau dipilih untuk masuk ke pembuangan akhir.
Sudah ada sekitar 200 kepala keluarga di Desa Poncosari yang ikut serta dalam pengelolaan sampah pada program Konco Pilah. Sampah rumah tangga mereka akan diangkut dan di pilah ke beberapa klasifikasi sampah.
“Saya ikut program pilah sampah ini karena disarankan sama yang lebih muda. Tapi tidak semua sampah saya masukkan ke Konco Pilah. Kalau ada sampah yang masih bisa dijual pasti dijual sendiri. Kalau sampah basah diolah menjadi pakan ternak,” ungkap Sarijem, yang berusia 65 tahun ketika memperhatikan sawahnya sembari menjemur sampah basah untuk pakan ternak.
BUMDes Mukti Lestari juga sedang berupaya memproduksi pupuk organik . Pupuk organik yang dihasilkan berasal dari sampah tumbuhan. Harapannya bisa membantu masyarakat sekitar yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Tapi hal ini belum bisa terwujud dalam waktu dekat ini, Karena masih harus menjalani proses panjang untuk menghasilkan pupuk organik.
“Saya selama ini menggunakan pupuk kimia, nah pengen nyoba pupuk organik. Mungkin kalau dari BUMDes sudah ada, saya langsung coba,” kata Susanto, ditemui pada saat sedang menggiling padi.
Menurut Wakijem (50) yang merupakan salah seorang pemilik warung yang tergabung menjadi anggota di BUMDes Mukti Lestari. Proses pilah sampah tidaklah sulit dilakukan, masyarakat sekitar diberi karung dan ember. Fungsi ember digunakan untuk menampung sampah basah, sedangkan karung untuk sampah kering. Dengan hal kecil seperti ini masyarakat secara perlahan akan peka terhadap jenis-jenis sampah. Sampah bukanlah suatu ancaman atau masalah, ketika pengelolaan yang baik maka sampah dapat menjadi hal yang menguntungkan. (Zaldi)