Istilah wibu atau otaku bukan hal yang asing lagi bagi pecinta anime. Bahkan kata-kata tersebut seringkali menjadi bahan ejekan bagi para pecinta kultur Jepang. Anime Jepang sekaligus mengenalkan kultur negaranya kepada para penonton. Kultur tersebut seperti pakaian, bahasa, musik, bahkan tiruan kostum sesuai dengan karakter anime yang digemarinya.
Kultur Jepang memang sangat unik dan mempunyai ciri khas, sehingga banyak yang menjadikan mereka kiblat dalam perilaku sehari-hari. Seperti halnya kultur K-pop yang berasal dari Korea dengan boy/girlgroup dan dramanya, nah ini dari negeri sakura ini memiliki andalan animenya yang tak kalah laris manis di mancanegara.
Dari kultur Jepang yang muncul ini, beberapa netizen atau orang menyebut istilah “wibu” dan “otaku”. Tetapi seringkali menjadi nada mengejek, “Wooo dasar wibu!“ . Memang apa salahnya menjadi wibu? Yuk kita kulik makna kata tersebut!
WIBU sering disamakan dengan WAPANESE yang berarti “WANT TO BE JAPANESE”
“JAPANESE WANNABE” atau “Orang Jepang jadi-jadian”, atau “alay Jejepangan”. Wibu bisa dianggap otaku versi ekstrim. Seorang Otaku belum tentu adalah Wibu, namun Wibu biasanya adalah Otaku.
Wibu adalah orang yang senang mempertontonkan dirinya ‘sangat jepang’, melebihi orang jepang asli. Mereka sebetulnya orang yang sangat terobsesi dengan Jepang, bertingkah seperti orang Jepang dan seolah sedang tinggal di Jepang.
Bahkan seringkali wibu ini bersifat seperi orang Jepang dengan gaya berbicara ala Jepang dengan segala istilah-istilah ajaib terupdate-nya. Padahal mereka sama sekali bukan orang Jepang, bukan warga negara Jepang, dan nggak tinggal di negara tersebut.
Apa sih itu OTAKU?
Otaku adalah sebutan bagi orang yang teramat berdedikasi pada kegemarannya, biasanya identik dengan anime, manga/comic, videogame, superhero, music, dan lain sebagainya. Istilah Otaku dalam versi barat adalah Geek yang juga dianggap terlalu menggemari gadget, internet, dan seputar hal- tersebut.
Ya, dari penjelasan di atas, penulis menanyai salah satu sosok yang sangat mengagumi kultur Jepang seperti music,komik, dan anime. Namanya Affan, seorang kelas 2 SMA. Dia adalah penggemar kultur Jepang. Affan menghabiskan kesehariannya dalam menghilangkan penat saat lelah mengerjakan tugas dan PR sekolah dengan menonton anime, mendengarkan lagu Jepang hingga melihat komik manga.
Saking candunya, dia pernah menghabiskan waktu 15 Jam sehari untuk menghabiskan satu judul anime Full dari awal hingga akhir sebanyak 120 episode, yaitu “Hunter X Hunter”. Tidak selesai disitu saja, setelah itu, dia mendengarkan musik Jepang dan membaca manga online untuk mengisi waktu sehari hari. Anime pun total lebih dari seratus judul dihabiskan oleh Affan, entah itu masih on going (berlanjut) maupun yang sudah tamat.
Dengan kegiatan sehari hari tersebut, ada sesuatu yang membuat penulis penasaran. “Dengan hobimu seperti ini, berarti kamu wibu dong?”
“Oh nggak, aku nggak sampai wibu kok. Wibu itu sudah seperti penyakit, toxic. Karena sepenangkapanku wibu itu Jepangnya kebangetan. Contohnya ya kayak orang jatuh cinta sama karakter anime padahal gambar 2D, mencampur bahasa sehari-hari dengan bahasa Jepang yang notabene istilahnya cuma diketahui kalangan wibu. Bahkan di Jepang mereka dijauhi. Kalau disebut istilah ya aku Otaku sih, karena aku memang penggemar karya-karya Jepang namun tidak sampai ekstrem,” terang Affan.
Wibu dan otaku selalu menjadi istilah yang bakal bertebaran dan tak kunjung usai karena memang para penggemar kultur Jepang merajalela di Indonesia maupun dunia. So, yang merasa wibu atau otaku, mungkin harus pintar memilah kultur dan konten agar tidak hilang rasa cinta tanah air sendiri. Bagi yang bukan penggemar juga tidak disarankan untuk menjadikan hal ini ejekan karena hal ini bisa mempengaruhi jati diri mereka dalam menjalani hidup. (Fitroh)