Musik-musik dari band indie kerap menjadi tren beberapa tahun ini. Masyarakat yang memiliki lagu band indie di playlist-nya kerap dipuji dan diberi stigma ‘anak gaul’, sehingga mereka tidak segan-segan untuk mengunggah lagu-lagu mereka ke media sosial mereka.
Salah satu band indie yang banyak didengarkan oleh masyarakat di Indonesia adalah Summer Salt. Band asal Austin, Texas ini terbentuk pada tahun 2012 dengan memiliki dua anggotanya, Matthew Terry di vokal dan gitar, dan Eugene Chung di drum. Mereka memulai karir band bernuansa pop 60-an dengan Bossa Nova dan jazz mereka di tahun-tahun SMA mereka, namun mulai menulis EP (Extended Play) pertama mereka, ‘Driving to Hawaii’, di tahun 2012.
Pada 4 September 2020 lalu, Summer Salt baru saja merilis EP terbaru mereka, ‘Avenue G’, dengan 4 lagu di dalamnya, ‘Get on Back to You’, ‘Little Legs’, ‘Morning Tea’, dan ‘Palm Tree on Avenue G’. EP ini mereka simbolkan sebagai tribute bagi kampung halaman mereka, Austin, Texas, dengan alunan lagu yang pelan dan jazzy, yang sangat cocok didengarkan di sore hari.
Sampul dari EP ini sendiri pun menggambarkan sebuah halaman rumah yang dikelilingi oleh pohon dan rerumputan, dengan nomor rumah ‘5111’, yang sepertinya merupakan suatu easter egg dari Terry dan Chung. Sampul ini, kembali lagi, menggambarkan suasana rumah ataupun kampung halaman dari Summer Salt sendiri. Fakta menarik dari sampul album ini, adalah Terry dan Chung membuat sampul ini tidak secara digital, melainkan menggunakan kertas yang dilipat dan diwarnai lalu difoto. Sehingga, produksi gambar dari EP ini 100% homemade dan handmade.
Memasuki lagunya, kita akan disambut oleh lagu ‘Get on Back to You’, yang sebelumnya dirilis terlebih dahulu oleh Summer Salt menjadi sebuah single. Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang merindukan kekasihnya setelah ditinggal pergi, ia pun berpikir tentang apa yang mantan kekasihnya itu lakukan sekarang. Lagu ini merepresentasikan tentang kegalauan seseorang, yang berharap kekasih atau orang terdekatnya kembali, jika hal itu terjadi, maka ia akan memberikan lagu ini sebagai permohonannya untuk kembali sekarang dan selamanya. Lagu ini mungkin memiliki makna yang cukup sedih, namun alunan pop dan jazz-nya akan memanjakan telinga kita untuk menikmati senja dan matahari terbenam.
Berbeda dengan track sebelumnya, ‘Little Legs’ lebih mempresentasikan kegugupan seorang lelaki yang sedang dekat dengan seorang perempuan, dan tidak peduli apapun yang sedang terjadi di dunia ini. Menonjolkan poin jatuh cinta disimbolkan dengan perjalanan pulang dengan kaki yang kecil, sehingga waktu pulang menjadi terasa jauh dan terasa lama, karena dapat menghabiskan waktu dengan perempuan yang disukainya. Lagu ini memiliki tune yang asyik dan dapat digunakan sebagai lagu dansa, lagu ini juga cocok sebagai latar video traveling.
‘Morning Tea’ merupakan lagu instrumental dengan alunan nada yang cukup menenangkan. Sesuai dengan judulnya, lagu ini cocok didengarkan ketika sedang menikmati the di pagi hari. Lalu, ‘Palm Tree on Avenue G’ lebih menceritakan bagaimana persahabatan Matthew Terry dan Eugene Chung sejak awal masa Summer Salt terbentuk. Vokal dan petikan gitar Terry, juga pukulan halus drum Chung, yang merupakan lakon asli dari lagu ini, membuat kita merasakan bagaimana rasa persahabatan mereka dalam menjalani band indie bernama Summer Salt. (Cescadeva)