Organisasi Internasional yang menaungi negara-negara di seluruh dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperkirakan populasi manusia di dunia akan mencapai angka 8 miliar orang pada 15 November 2022, dan berpotensi tumbuh menjadi 8,5 miliar pada tahun 2030, dan mencapai angka 10,4 miliat pada tahun 2100. Prediksi tersebut tiga kali lipat lebih dibandingkan tahun 1950 yang “hanya” 2,5 miliar orang. Nahasnya, masih menurut Divisi Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memperkirakan angka kelahiran manusia di dunia ini bakal terus tumbuh.
Kabar baiknya adalah walaupun secara umum angka pertumbuhan penduduk dunia makin bertambah, nyatanya lajunya dikalkulasikan melambat. Artinya, secara presentase maupun angka kelipatannya tak semembludak tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, tren penurunan angka kelahiran makin terlihat jelas dan angka kematian juga tetap ada.Salah satu alasan utamanya adalah ada yang mengaitkan dengan maraknya digitalisasi serta pesatnya teknologi informasi dan komuniaksi. sebut saja seperti game online dan media sosial. Pada intinya, koneksi internet yang murah sekaligus mudah membuat manusia semakin individualis dan berujung pada individu yang abai terhadap keinginan “memperbanyak” keturunan.
Kendati demikian, penurunan jumlah warga dunia tak merata, hal tersebut terjadi akibat adanya kesenjangan sosial yang tak merata diberbagai belahan dunia. Terdapat kesenjangan dibeberapa negara dalam kurun waktu beberapa puluh tahun kedepan. Hal semacam itu dapat dikatakan sebagai “alarm bahaya” yang patut diperhitungkan.
Wah menyikapi hal tersebut memang seharusnya perlu diwaspadai ya smartlisteners. Usia bumi ini sudah cukup tua, jadi mari bersama-sama kita menjaga bumi tercinta. -(Revansha)
sumber : scoopwhoop.com, population media center