Di tengah gempuran musik indie folk dan munculnya fenomena sobat ambyar, siapa yang mengira jika JKT48 yang dulu bersaing ketat dengan Cherrybelle masih eksis hingga saat ini?

Grup idola 48 itu memang memiliki ‘ranah’ ekslusif yang sengaja dibangun oleh manajamen. Langkah ini menjadi sebab lahirnya fandom/fanbase yang militan dan solid, berbeda dari sekedar seorang pengagum. Mereka menjadi penikmat sekaligus penggemar yang siap mendukung idolanya dengan segala risiko, termasuk mengorbankan banyak waktu dan materi. Mengambil slogan, ‘tumbuh dan berkembang bersama penggemar’ dan menerapkan konsep ‘idola yang dapat kamu temui’, JKT48 menjadi ladang bisnis yang menguntungkan.

Awam sangat familiar dengan Melody dan Nabilah dari tim J, namun ironinya pilar JKT48 dalam kancah publik itu telah memutuskan lulus dari grup ini. Peran tersebut sempat diambil alih Zara center tim T yang naik daun karena perannya dalam Dua Garis Biru dan Desy dari tim K3 yang hobi wara-wiri di program komedi dengan logat ngapaknya. Secara keseleruhan, formasi grup dibagi menjadi tiga tim: J, K3, T.

Ketiga tim memiliki pesona masing-masing dengan julukan J ratu para idola, K3 si ksatria dan T jiwa muda yang segar. Sebelum dipromosikan ke tim, member harus lebih dulu melewati fase pelatihan sebagai siswa akademi. Uniknya, manajemen memang tidak merekrut semua member dengan kemampuan mumpuni, namun mereka menyediakan pelatihan yang melibatkan penggemar untuk menentukan kemajuan idola mereka. Member yang lolos audisi melalui tahap akademi dengan dua tingkatan kelas: B kemudian A. Member dengan rentang usia 13-18 tahun itu belajar menyanyi, menari, public speaking hingga disediakannya kelas manner. Pada periode yang telah ditentukan, siswa akademi akan mendapat rapor dan penilaian kelayakan naik kelas yang dinilai sendiri oleh penggemar.

Strategi untuk meningkatkan fanatisme penggemar, bisnis ini memberi ajang bertempur dalam Pemilihan Single JKT48 yang dilakukan melalui SSK. Kandidat hanya dapat mengisi 32 kursi untuk mendapat kesempatan berpartisipasi dalam perilisan single grup tersebut. Penentuan ini menjadi pembuktian fandom mana yang memiliki basis kuat membawa idolanya ke peringkat tertinggi. “Nin, pokoknya kamu nggak usah risau. Tugasmu hanya perform di atas panggung dan menghibur banyak orang. SSK biar jadi tugas kami, Aninlicious,” ucap Reno salah satu penggemar Anindita Rahma Cahyadi, dikutip dari youtube.

Berbeda dari ajang pencarian bakat seperti Indonesian Idol yang menggunakan SMS sebagai vote, SSK tetap menjaga ekslusivitasnya dengan menjamin ‘tidak sembarang orang’ bisa memberi suara. Vote hanya berlaku melalui kode yang diterima ketika membeli CD original JKT48, kehadiran di theater dalam menonton pertunjukan, membeli download card untuk mendapat lagu versi digital serta tiket handshake festival (jabat tangan). Satu buah CD diberi bobot enam suara yang bisa diberikan pada siapapun member yang ingin didukung, tidak melulu hanya satu orang.

Secara tidak sadar, penggemar dan kegiatan di dalamnya membentuk semesta sendiri yang hanya dimengerti oleh bagian dari kelompok tersebut. Penggemar tidak segan menyisihkan gajinya hanya untuk menonton theater yang diadakan tiap harinya dengan dikenai Rp120.000 untuk satu sesi pertunjukan. Bahkan beberapa memang memiliki rekening khusus untuk melanggengkan hobinya tersebut. Luki, seorang penggemar secara ekstrem memenangkan lelang sebuah buku catatan harian kelas akademi dalam event charity hingga mencapai Rp11.700.000.

Pada tahap ini, idola menjual emosi untuk tampil menjadi sosok yang menyenangkan penggemar. Bahkan dalam sebuah tayangan televisi, Melody pernah bercerita ketika menjadi member mereka hanya boleh jatuh cinta tanpa sekalipun menjalin hubungan. Dalam JKT48 memang ada aturan emas atau golden rules yang melarang membernya memiliki kekasih. Tujuannya supaya tetap fokus dengan jadwal dan menghargai penggemar dengan segala pengorbanannya sehingga yang pantas menerima cinta hanya penggemar.

SSK dan printilan lainnya menjadi sebuah fenomena yang boleh jadi tidak masuk akal bagi masyarakat awam. Penggemar membentuk kelompok masyarakat lain yang bergabung bersama karena kesamaan minat dan konsepsi pemikiran. Meskipun begitu, sistem ini terus bergerak tanpa tahu kapan harus berhenti. Awam mungkin berpikir dengan mundurnya Melody, Nabilah dan Haruka sebagai wajah JKT48 maka tamat pula riwayat satu-satunya grup idola nasional tersebut. Namun penggemar seolah menjadi garda terdepan penjaga eksistensi JKT48. Mereka berjanji menjadi pengiring mekarnya impian seorang remaja menjadi bintang dengan segala resikonya. (Sosa)

Written by:

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *